Hak Anak untuk Bermain


Setiap anak berhak untuk bermain
Namun
Tidak setiap anak memiliki waktu dan tempat untuk bermain

Hak Anak untuk Bermain

Setiap anak berhak untuk bermain
Namun
Tidak setiap anak memiliki waktu dan tempat untuk bermain

Pengalaman Anak Perempuan Mengkampanyekan Anti Kekerasan terhadap Anak Perempuan di Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussa


Ditulis oleh:
Team Kreatif Forum Anak Aceh Besar

Forum Anak Aceh Besar (FAAB) atas dukungan OXFAM GB, tahun 2008 melaksanakan kegiatan dengan judul program: Peningkatan Peran Anak dalam Mengkampanyekan Anti Kekerasan terhadap Anak Perempuan di Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam

Kegiatan ini bertujuan (a) meningkatkan peran anak-anak khususnya anak perempuan dalam mengkampanyekan kesetaraan, non diskriminasi dan perlindungan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual atau kekerasan ekonomi dan kekerasan yang berasal dari budaya atau tradisi masyarakat, (b) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak tentang keseteraan dan prinsip non diskriminasi sehingga anak-anak perempuan khususnya tidak merasa rendah diri dan selalu termotivasi untuk maju mencapai cita-citanya agar antara laki-laki dan perempuan tidak terjadi kesenjangan di dalam keluarga maupun masyarakat seperti kesenjangan ekonomi, kesenjangan peranan dan fungsi-fungsi dalam pekerjaan atau dalam kehidupan masyarakat, dan (c) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak tentang hak-haknya sebagai anak dan hak-hak sebagai perempuan agar mereka dapat melindungi dirinya dari segala bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual atau kekerasan ekonomi dan kekerasan yang berasal dari budaya atau tradisi masyarakat

Peranan Perempuan
Anak-anak perempuan sebagai pihak paling menentukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta penyusunan pelaporan kegiatan ini, karena proyek ini memang dirancang oleh dan untuk anak perempuan. Namun dalam pelaksanaannya, peran laki-laki sangat penting dalam mencegah dan menghapuskan kekerasan terhadap anak perempuan. Apalagi pada masa remaja, laki-laki menjadi pihak yang paling sering melakukan kekerasan misalnya dalam pacaran, dalam pergaulan sehari-hari maupun di masyarakat umum.

Impak bagi anak perempuan selain bagi anak-anak forum sebagai pelaksana, bagi penerima manfaat kegiatan ini memberikan dampak positif dimana mereka memperoleh informasi mengenai perlindungan anak perempuan dari kekerasan. Sesuatu yang selama ini jarang diperoleh. Kemudian meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap perlindungan anak perempuan dari kekerasan melalui berbagai kampanye dan outbond yang dilakukan.

Pengalaman sebagai anak perempuan
Ada banyak pengalaman kami peroleh selama melaksanakan kegiatan ini. Pengalaman paling berkesan dan paling banyak dirasakan teman-teman adalah ketika kami yang masih anak-anak diremehkan oleh kepala desa atau masyarakat. Inilah memang banyak terjadi, anak-anak dianggap tidak tahu apa-apa. Anak-anak dianggap hanya patuh kepada orang dewasa. Sehingga ketika anak-anak berbuat, diremehkan. Pengalaman pahit ini kenyataannya tidak membuat semangat kami berkurang karena kami tahu dalam hak-hak anak harus ada partisipasi dan melaksanakan partisipasi anak itu menjadi sesuatu yang sangat sulit dalam keluarga apalagi dalam pemerintahan. Untuk itu pulalah kami berjuang.

Pengalaman kedua pada diri kami sendiri. Pada awal terlibat dalam kegiatan, kami menjadi sadar bahwa kami sendiri ternyata telah sering mengalami kekerasan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Kejadian paling sering adalah di sekolah yang dilakukan guru. Akan tetapi ketika kemudian guru-guru tahu kegiatan yang kami lakukan guru dengan sendirinya mulai berkurang kekejamannya di sekolah karena kami mengatakan (waktu ditanya guru) apa-apa saja bentuk kekerasan dan bagaimana kalau ada yang melakukan kekerasan. Misalnya kami katakan, kalau ada anak mengalami kekerasan di sekolah ataupun di rumah dapat dilaporkan ke Polisi dan itu perbuatan melanggar hukum, misalnya melanggaran undang-undang perlindungan anak atau melanggara undang-undang KDRT kalau kejadiannya di rumah

Ini pengalaman paling menarik, ketika kami sadar bahwa kami mengalami kekerasan kemudian kami menjadi orang yang mengkampanyekan penghapusan kekerasan kepada teman-teman maupun kepada masyarakat. Bagi kami sendiri, orang tua juga menjadi lebih melindungi di rumah, guru lebih baik di sekolah dan masyarakatpun tahu kalau sekarang ini anak-anak sudah tahu hak-haknya.

Pengalaman ketiga. Dialami beberapa teman pada awal-awal kegiatan. Beberapa orang tua mengatakan sejak aktif di kegiatan ini jam belajar berkurang. Beberapa teman juga diingatkan guru untuk mengutamakan belajar di sekolah. Lalu kami diskusi sehingga kami mengambil kesimpulan bahwa kegiatan seperti ini justru sangat bermanfaat untuk melatih diri tentang berorganisasi, melatih dan membiasakan seseorang mengemukakan pendapat, melatih berfikir kritis terhadap lingkungan sekitar, membuat kita lebih peduli kepada sesama, belajar tentang kepemimpinan, tentang hak-hak anak, hak perempuan, diskriminasi berbasis gender dan berbagai pelajaran yang tidak kami peroleh di sekolah.

Ketika film yang kami produksi di putar di sekolah atau di rumah dan ditonton oleh guru atau keluarga mereka menjadi kagum dan percaya terhadap kemampuan kami. Orang tua yang tadinya agak melarang menjadi bersemangat. Bahkan ada orang tua menanyakan, agar anaknya ikut anggota Forum Anak. Katanya dari pada keluyuran ke sana kemari. Intinya kami katakan, belajar di sekolah itu sangat penting tapi belajar di luar sekolah dengan kegiatan seperti ini juga sangat penting.
Pengalaman yang menarik dan sekaligus lucu ketika kami dikatakan sebagai intelijen oleh beberapa orang masyarakat ketika turun ke desa atau ngobrol dengan teman-teman. Kata mereka kalau ada kasus kekerasan terhadap anak perempuan nanti ada yang melaporkan, karena sekarang ini sudah banyak anak-anak perempuan intelijen yang selalu mencatat dan menanyakan kasus kekerasan terhadap anak perempuan. Padahal kami sedang melakukan perlindungan terhadap anak-anak perempuan

Pelajaran penting
Peran anak-anak perempuan masih sangat kurang dalam mengkampanyekan perlindungan anak perempuan dari kekerasan. Ketika kami diremehkan, adalah bukti bahwa suara anak-anak masih belum di dengarkan. Partisipasi anak-anak harus lebih ditingkatkan lagi sehingga anak-anak itu sendiri sadar akan perlindungan dirinya. Anak-anak tahu apa saja bentuk kekerasan, bagaimana sikap dan tindakan yang dilakukan ketika ada ancaman kekerasan atau ketika mengalami kekerasan serta apa yang harus dilakukan sebagai anggota masyarakat jika melihat atau mendengar ada kasus kekerasan, misalnya melapor ke polisi, menyimpan alat bukti, mencari saksi-saksi atau kita sendiri yang menjadi saksi korban.

Pelajaran penting lain, anak-anak pada dasarnya mampu walaupun harus tetap ada pendamping. Anak-anak juga memiliki kelebihan ketika target penerima manfaatnya adalah anak-anak atau remaja, karena komunikasi anak-anak berbeda dengan orang dewasa sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih mengena jika disampaikan oleh orang yang sebanya atau yang sudah dikenal. Oleh sebab itu kami menyampaikan pesan bahwa “jangan pernah meremehkan anak”, orang dewasa itu sendiri yang tidak percaya kepada anak-anak.

Ketiga, kesadaran dan perlindungan dari kekerasan harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu untuk kemudian kepada keluarga dan masyarakat. Jadi, kalau kita menginginkan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, maka kita dapat memulai dari anak-anak. Jika semua anak-anak sudah sadar hak-haknya dan tahu melindungi dirinya maka kekerasan itu lama-kelamaan akan berkurang